Bab 2 . KAPAN MEKKAH ADA

Bab 2
KAPAN MEKKAH ADA ?


Banyak sarjana Barat, khususnya Patricia Crone dalam bukunya – Meccan Trade And The Rise of Islam ( Perdagangan Mekah Dan Kebangkitan Islam), menyelidiki asal-usul kota suci Islam ini, dan akhirnya menemukan tidak ada tempat yang dikenal sebagai Mekkah di abad 7 M, meskipun Thaif, kota terdekatnya, pernah tertulis dalam laporan-laporan bersama dengan Khaybar dan Yathrib (Madinah).

Menurut Tradisi Islam, Mekkah, yang dipimpin oleh suku terkuat 'Quraish', sudah menjadi pusat perdagangan besar serta tempat peziarahan,. Namun tidak ada satu prasasti apapun di seluruh Arab yang ditemukan sebelum Islam terbentuk di awal abad ke-8 untuk menyokong klaim-klaim tersebut. Hal semacam itu diberikan dalam prasasti yang ditemukan di seluruh Saudi, sebelum Islam mapan, di awal abad ke-8. Kita telah melihat dalam prasasti Abrahah bahwa tidak ada apapun yang menyebutkan Mekkah, atau Quraisy, jika tempat dan suku itu benar-benar ada dan berpengaruh.

Quran tidak pernah menyebutkan kata ‘Mekkah’ dengan nama kecuali dalam QS 48:24 yang konon merupakan surah yang diturunkan di Madinah di tahun-tahun belakangan (surah ke-111), jadi saya bertanya-tanya. Namun berkat situs Koran-Only, jawabannya ditemukan . Pelafalan MK ata MKK bukan berarti suatu kota, melainkan kata dalam bahasa Arab yang berarti penghancuran / kehancuran, sama sekali runtuh.

Mari kita lihat kutipan yang luar biasa ini:

http://www.free-minds.org/language

Makka(t) atau Mekkah

Tidaklah mengherankan jika prasasti Abraha tidak menyebutkan atau bahkan menyinggung sebuah kota bernama Makka(t). Sama sekali tidak ada bukti tentang sebuah kota bernama Makka(t) yang melatar-belakangi cerita pewahyuan besar dari Jibril kepada Muhammad. Bahkan semua pengkaji setuju bahwa nama Maka (t) tidak pernah muncul dalam naskah pra-quran manapun.

Mereka yang mempromosikan historisitas Mekah dipaksa untuk membawa referensi satu-satunya dari Ptolmey (sejarawan Romawi) tentang sebuah kota dengan nama Macoraba dan bukan Makka, untuk satu alasan sederhana yang mereka tahu betul bahwa sama sekali tidak ada referensi yang dianggap penting tentang kota Makka. Fakta bahwa ada kota-kota yang kurang begitu penting dibanding Mekkah namun tertulis dalam prasasti Raja Abraha, membuat kita bertanya mengapa kota Mekkah, yang konon begitu penting, tidak pernah muncul dalam prasasti itu.

Menurut kamus bahasa Arab klasik, kata "Maka (t)" utamanya berarti "penghancuran / luruh”. Hal ini tercantum dalam kamus bahasa Arab klasik baik itu dengan kata dasar MKK atau MK. Al-Mohit menuliskannya dengan kata ‘MKK’, dan arti yang diberikannya adalah kehancuran dan luruh, yang konsisten dengan konteks suatu kebuntuan di QS 48:24. Ia juga mendaftarkan arti lain dari MKK sebagai : ‘desakan musuh terhadap sesuatu’, yang juga konsisten dengan suasana penyanderaan seperti yang dilukiskan dalam QS 48:24.

Lisan Al-Arab mendaftarkan MK dan makna MK (t) sebagai "kehancuran" dan TMK sebagai "menghancurkan". Al-Wasit mendaftar MK, dengan makna: (bumi) mengisap semuanya, meneguhkan arti dari “balas dendam dari musuh”, dan hal semua benda dihancurkan. Al-Ghani mendaftarkan makna kata MKK sebagai : (bumi) menghisap, bersikeras dengan tuntutan pada musuh.
Berikut adalah terjemahan dari QS 48:24 dengan menggunakan kamus-kamus Klasik dan konteks perang dari ayat-ayat untuk menerjemahkan deskripsi umum "Makka(t)":

“And it is He Who has restrained their hands from you and your hands from
them in the midst of destruction after that He gave you the victory over them.
And Allah sees well all that ye do.”
''Dan Dialah yang telah menahan tangan mereka dari kalian dan tangan kalian
dari mereka di tengah-tengah kehancuran setelah itu Ia memberi kalian
kemenangan atas mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan''

Saya menggunakan terjemahan Yusuf Ali tapi sementara dia meninggalkan kata “Makka (t)” tetap tidak diterjemahkan, saya justru menerjemahkan artinya. Seperti yang anda dapat dilihat, makna bahasa Arab klasik jelas cocok dalam konteks kebuntuan militer di QS 48:24.

Berdasarkan konteks dari Quran, bukti linguistik dari kamus bahasa Arab, dan tidak adanya bukti yang mendukung bahwa ada kota "pra-Quranik" kota dengan nama Maka (t), satu-satunya kesimpulan logis berisi adalah bahwa "Maka(t)" bukan nama kota "pra-Quran", tapi hanyalah sebuah kata benda umum biasa (yang menyatakan suatu kehancuran, keluruhan) seperti ribuan kata benda lain dalam Quran.

Sekarang artikel di bawah ini, yang saya ambil dari web yang sama di atas, membahas tentang Kaabah, atau juga Kaaba dan Kaaba(t) yang konon berada di kota ‘Mekkah’.


Kaabah

Benar-benar tidak ada bukti secuilpun tentang sebuah kuil "pra-Quran" yang disebut Kaa'bah (t). Ada banyak kuil-kuil suci sebelum jaman Quran,namun tak satupun disebutkan tentang Kaabah di Mekkah dalam ribuan inskripsi di kuil-kuil tersebut atau sekitarnya. Bahkan, nama Kaa'bah(t) tidak ditemukan dalam manuskrip dan inskripsi pra-Quran.


Kita tahu bahwa pada jaman "pra-Quran" orang-orang Arab memuja berhala bernama Allat, Aluzza, dan Manwat (lihat QS 53: 19-20) . Mereka semua adalah berhala Nabatea. Sementara orang-orang Yunani-Romawi selalu menghadirkan dewa-dewi mereka dengan bentuk manusia, kaum Nabataean mencitrakan dewa-dewi mereka dengan bentuk-bentuk geometris seperti blok batu persegi, meteorit suci, atau bentuk-bentuk persegi yang diukir ke dalam dinding batu dan kadang-kadang ditingkatkan dengan gambar mata dan hidung. Sumber-sumber sejarah, seperti Leksikon Suda, menyatakan bahwa patung berhala Nabatea Dhu al-Shaara adalah bangunan batu persegi hitam polos (unworked square black stone). Maximus dari Tirus pada abad ke-2 ,dalam bukunya Philosophoumena, berkomentar bahwa orang Arab memiliki patung-patung berupa batu persegi. Ada bukti arkeologis yang melimpah bahwa batu batu seperti yang ada di kota saat ini disebut Makka(t) yang tingginya sedikit lebih panjang dari ukuran dimensi lain yang adalah representasi dari berhala Dhu Al-Shaara. Gambar di bawah ini menggambarkan beberapa bukti arkeologi di Utara Saudi dan Nabatea posterdepan.





 Perhatikan bahwa blok batu di sebelah kanan bertuliskan kata "Dusari", yaitu bahasa Latin dari Dhu al-Shaara . Nama Ka'bah (t) tidak pernah ditemukan pada atau berhubungan dengan salah satu kuil berbentuk kubus "pra-Quran" milik bangsa Arab. Di sisi lain kita melihat bahwa nama Dhu Al-Shaara dikaitkan dengan batu tersebut. Hal ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa dalam jaman "pra-Quran" kubus batu itu tidak bernama Ka'bah (t) tapi bernama Dhu Al-Shaara. 

Pada abad keempat Masehi, Epifanius, uskup Salamis, Siprus menulis surat yang menggambarkan sekte seperti sekte Nabatea dan perayaan festival mereka atas kelahiran Dhu al-Shaara di sekitar musim dingin pada saat titik balik matahari (solstice). Sangat menarik bahwa perayaan kelahiran ini memuncak pada acara membawa keluar dari bawah bumi patung bayi laki-laki, yang dijunjung dan dan diarak tujuh kali mengelilingi ruang dalam kuil pagan. [Lihat Langdon, S., Mitologi Semit, The Mithology of  All Races Races, Vol. V. Boston: Arkeologi Institute of America, Marshall Perusahaan Jones, 1931, halaman 19] 

Dengan mengubah nama Dhu al-Shaara menjadi Ka'bah, kaum pagan telah berhasil melanjutkan praktek berputar tujuh kali mengelilingi Dhu Al- Shaara sampai hari ini, di balik topeng ritual ‘mengikuti petunjuk Quran ’ (penerjemah : praktek Thawaf dalam ritual haji). 

Seperti kota saat ini yang diberi nama Makka (t), kubus berhala batu itu pun diberi nama baru, dari Dhu Al-Shaara menjadi Kaa'bah (t) untuk mencocokkan kata benda umum "Ka'bah (t)" dalam Qur’an. Seperti halnya "Maka (t)", yang memiliki makna yang sesuai dalam konteks QS 48:24, yakni hanya sebagai kata benda umum, (yang hanya berarti kehancuran) , Kaaba(t)" memiliki arti yang cocok dalam konteks QS 5:97.Istilah "Ka'ab" dalam bahasa Arab digunakan untuk menggambarkan tumit / dasar sepatu. Di daerah pedesaan Utara Saudi, orang masih menggunakan istilah "Ka'ab al-wadi" untuk menunjukkan dasar lembah. Oleh karena itu, makna "Ka'bah (t) adalah" dasar " 

Arti ini sesuai dengan konteks QS 5:95 & 97:The God has made the base the restriction house maintenance for the people and the restriction month and the gift/guidance and the means of control so that you know that The God knows what is in the heavens and the earth and that The God is knowledgeable with everything. 

Terjemahan langsung dari ayat berbahasa Inggris di atas:Allah telah membuat dasar rumah suci - pemeliharaan bagi orang-orang,dan bulan Larangan dan dan karunia / bimbingan dan alat kontrol sehingga kalian mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi dan bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu. 

Terjemahan menurut http://m.alquran-indonesia.com yang saya lepaskan tanda
kurung penjelasannya. 

Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia, dan bulan Haram (had-ya, qalaid ), demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 

Rumah yang dimaksud di atas adalah "dasar" di mana orang dapat berkumpul dengan aman QS 2:125:And We made the house an assembly for the people and a safety and take from the persistence of Ibrahim a lesson and We made a covenant to Ibrahim and Ismail that cleanse my house for the passers by, and the remaining, and the humbly hearing and obeying. 

Terjemahan langsung dari ayat berbahasa Inggris di atas:Dan Kami membuat rumah tempat perkumpulan bagi rakyat dan keselamatannya dan ambillah pelajaran dari kegigihan Ibrahim dan Kami membuat perjanjian dengan Ibrahim dan Ismail yang membersihkan rumah Kami untuk para pejalan kaki, dan sisanya, dan dengan rendah hati mendengar dan taat. 

Sebagai perbandingan, ayat quran QS 2:125 menurut terjemahan http://m.alquran-indonesia.com:

Dan ketika Kami menjadikan rumah itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah- Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (Jika kita melihat pada ayat-ayat dalam bahasa Inggris terjemahan Yusuf Ali, maka jelas bahwa kaa’ba berarti dasar, rumah dan pertemuan dimana ada mekanisme pengambilan keputusan.) Ini adalah arti alami yang tidak dipaksakan, seperti halnya dalam bahasa Inggris “House of Representatives” (Dewan Perwakilah Rakyat) adalah dasar bagi pembentukan undang-undang di mana mereka merancang dan membuat undang-undang.

Dan itu belum seberapa. Kita akan melihat sanggahan mengenai ritual Haji. Ritual Haji benar-benar merupakan penemuan sepenuhnya yang dicangkokan ke dalam Islam oleh para Tradisionalis tanpa dasar Quran sama sekali.


Membongkar Kesucian Ritual Haji

Masih dalam kutipan situs yang sama: http://www.free-minds.org/language, yang adalah hasil penelaahan seseorang yang menamakan dirinya ‘Ayman’, kita menemukan hal penjelasan tentang apa makna Haji / hajj itu sebenarnya.

Seperti yang kita lihat sebelumnya, bahasa Arab adalah bahasa orang umum dan bukan bahasa ilmiah atau bahasa agama. Jadi, setiap makna religious yang melekat pada kata dalam bahasa Arab dapat dicurigai dan patut diselidiki secara menyeluruh sebelum kita menerimanya. Dalam Quran, kita menemukan sebuah fenomena menarik. Kata dengan konotasi relijius dalam bahasa Inggris modern seperti "doa" dan "menyembah" tidak muncul sama sekali dalam Quran. Misalnya, kata “dua'a”, yang secara tradisional dipahami sebagai “doa” (atau “pray” dalam bahasa Inggris) , sebenarnya tidak memiliki konotasi relijius dan digunakan berkali-kali dalam Quran dalam penggunaan biasa yang tidak ada hubungannya dengan "doa" (misalnya, lihat QS 28:25). Oleh karena itu, yang terbaik adalah menerjemahkan kata “dua’a” ini sebagai “memanggil” dan bukan sebagai “doa”.

Demikian pula, kata “abad”, yang secara tradisional dipahami sebagai “ibadah”, lebih baik dipahami sebagai “melayani” (misalnya, lihat QS 16:75, 2:221). Istilah “dien” secara tradisional dipahami sebagai “agama”. Namun, kita dapat melihat bahwa kata ini digunakan dalam banyak hal yang berarti “kewajiban” (misalnya, lihat QS 56:86, 2:282, 4:11-12). Makna umum bahasa Arab yang non-religius dari “kewajiban” sebenarnya lebih cocok dari semua kemunculan kata "dien" dalam Quran. (lihat dalam bagian What’s In The Name http://www.free-minds.org/name .

Istilah “haji” secara tradisional dipahami sebagai “ziarah relijius”. Namun, sebuah penelitian Quran lebih dalam mengungkapkan bahwa istilah ini tidak ada hubungannya dengan ziarah keagamaan yang terorganisir. Misalnya, kita mendengar di QS 22:27: 

And announce amongst people with the debate. They will come on foot and on every kind of lean transportation. They will come through every unobstructed passage. Terjemahan ayat di atas dalam bahasa Inggris:Dan umumkanlah di antara orang yang sedang dalam perdebatan. Mereka akan datang dengan berjalan kaki dan pada setiap jenis transportasi. Mereka akan datang melalui setiap bagian yang tak terhalangi.  

Terjemahan menurut http://m.alquran-indonesia.com
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh wa-adzdzin fii alnnaasi bialhajji ya/tuuka rijaalan wa'alaa kulli daamirin ya/tiina min kulli fajjin 'amiiqin. 

Dalam QS 22:27 bahwa Ibrahim mengundang orang-orang dengan (“bi”) perdebatan  “al-haji” atau tidak (“li”) berdebat ("al-haji") untuk membuahkan suatu manfaat. Dengan demikian, perdebatan("haji") atau dalam artian yang lebih tepat ‘tawar –menawar’ adalah alat untuk menarik orang yang berbeda dari semua lapisan masyarakat. Kita hanya bisa mengundang semua orang untuk sesuatu yang bermanfaat jika ada kesepakatan dan non-diskriminatif. Mari kita beralih ke kasus Musa dan calon mertuanya. 

QS 28:27 http://m.alquran-indonesia.com
Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orangorang yang baik". qaala innii uriidu an unkihaka ihdaa ibnatayya haatayni 'alaa an ta/juraniitsamaaniya hijajin fa-in atmamta 'asyran famin 'indika wamaa uriidu anasyuqqa 'alayka satajidunii in syaa-a allaahu mina alshshaalihiina 

Kita diberitahu dalam QS 28:27 bahwa Musa dipekerjakan untuk bekerja selama delapan tahun “Hijaj”. Untuk dipekerjakan sebagai apa? Jelas, ia disuruh untuk bekerja mengembalakan domba (28:23-24) dan bukan untuk ziarah keagamaan. Apa kaitannya antara bekerja menggembalakan domba dengan perdebatan atau tawar menawar (H'ajj)? Tentu, orang bekerja dan menghasilkan sesuatu kesepakatan sehingga mereka bisa berdebat dan tawar-menawar dengan produk mereka. Tawar-menawar adalah semacam perdebatan untuk menghasilkan manfaat bagi si penjual dan pembeli.  Dengan demikian, perdebatan / "al-H'ajj" adalah seperti pameran tahunan di mana orang bekerja sepanjang tahun dan kemudian pergi untuk menjual dan, atau, membeli produk. Pertengahan musim panas - awal musim gugur adalah waktu alami untuk event pasar seperti itu karena saat itu produksi dan ternak berlimpah (lihat: Blind Dating versus Perfect Timing http://www.freeminds.org/timing).

Pertemuan besar perdebatan, atau tawar-menawar (H'ajj) memberikan kesempatan yang baik untuk mengingatkan orang sebanyak mungkin tentang Tuhan. Ini juga merupakan kesempatan bagi orang yang beruntung untuk menyumbang dan memberi kepada yang kurang beruntung. Hal ini dikonfirmasi oleh QS 22:28, di mana kita diberitahu tentang tujuan dari debat atau tawar-menawar (H'ajj) tersebut: QS: 22:28,29

So that they may witness benefits for themselves and remember The God’s name in a few days over what He Has provided for them of the animal livestock. So eat from it and feed the needy and the poor. Then they would complete their duties and fulfill their vows, and would pass by the freeing house. 

Terjemahan dari ayat berbahasa Inggris di atas:Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan mengingat nama Allah pada hari yang sedikit itu atas apa yang Ia telah sediakan bagi mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan berikanlah untuk makanan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian mereka akan memenuhi kewajiban mereka dan menggenapi nazar mereka, dan melewati rumah yang membebaskan. 

Terjemahan dari http://m.alquran-indonesia.com
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu  

Rumah yang disucikan (restricted house) hanyalah tempat di mana orang berkumpul dengan aman dan berdebat, atau tawar-menawar, tanpa takut penindasan. Rumah yang disucikan ini membantu menyebarkan pembebasan karena orang-orang tertindas yang datang ke sana bisa mengalami pengalaman debat dalam lingkungan yang terbebas dari penindasan, (penerjemah : ingat karena pada jaman itu perbudakan manusia sangat umum) dan mereka mengambil pengalaman yang bersama untuk disebarkan dalam komunitas mereka sendiri. Debat merupakan proses penting untuk akuntabilitas dan penyebaran ide-ide terbaik dalam masyarakat bebas. Dengan demikian, konsep debat, atau tawar-menawar ("haji") tidak ada hubungannya dengan ziarah keagamaan khusus. Ini adalah konsep yang sama sekali umum.

Sekarang kita ditinggalkan dengan fakta-fakta yang meluluh-lantakan:
- tanpa kejelasan tentang Tahun Gajah (tahun 552 M, bukan 570 M menurt
Tradisi Islam) untuk menentukan kelahiran Muhammad.
- tanpa kota suci di abad ke-7 (kata ‘MK(t)’ berarti kehancuran di QS 48:24), dan
tanpa Kabah seperti yang digambarkan oleh Tradisi Islam.
- lebih dari itu, ibadah haji adalah istilah umum dalam bahasa Arab untuk
‘berdebat, atau tawar-menawar’, tidak ada hubungannya dengan tempat Ritual Haji yang terkenal itu.

Sepertinya umat Muslim telah tertipu dari awal. Tapi kemudian bagaimana dengan Muhammad historis? Apakah ia benar-benar pernah ada? Jika dia memang pernah ada, dari mana ia paling mungkin berasal kalau bukan dari 'Mekkah' ? Quran berbicara tentang Bekka di QS 3:96 sebagai tempat perlindungan awal dari semua orang percaya. Kita akan melihat itu dan banyak hal lainnya di bagian berikutnya.

Bab 1
TAHUN GAJAH

Tradisi Islam mengatakan bahwa Muhammad lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Kejadian kelahirannya berkaitan dengan invasi Arab Selatan oleh Raja Abraha yang berbaris ke Mekkah, gajahnya (bernama 'Mahmud') menolak untuk memasuki kota, agar tidak membahayakan Kaabah !

Kejadian ini tercatat dalam QS 105 : 1-5
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah ?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Ka'bah) itu sia-sia?,
3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Lihat juga tentang Raja Abraha :
http://en.wikipedia.org/wiki/Abraha
http://www.muhammadanreality.com/yearelephant.htm

Namun ternyata kisah tersebut hanyalah mitos belaka, sebab kita menemukan sebuah prasasti yang melemahkan klaim Islam tentang serbuan Raja Abrahah ke Mekkah yang gagal di tahun 570 M. Bahkan tidak pernah tercatat ada kota bernama Mekkah yang ia coba tundukkan. Sejarah mencatat bahwa Raja Abrahah berhasil menundukan Arab Utara pada tahun 552, bukannya kalah seperti yang dicatat oleh Quran. Lihatlah bukti prasasti ini, saya sertakan teks bahasa Inggrisnya :

(Ket: Tentu saja penebalan prasasti dengan warna putih hanyalah upaya untuk 
memperjelas tulisan pada prasasti itu, dan tidak ditemukan di prasasti aslinya.)  

Prasasti ini tertanggal 552 M dan tertulis :
"With the power of the Almighty, and His Messiah King Abraha Zeebman, the King of
Saba'a, Zuridan, and Hadrmaut and Yemen and the tribes (on) the mountains and the
coast wrote these lines on his battle against the tribe of Ma'ad (in) the battle of al-Rabiya
in the month of "Dhu al Thabithan" and fought all of Bani A'amir and appointed the King
Abi Jabar with Kinda and Al, Bishar bin Hasan with Sa'ad, Murad, and Hadarmaut in
front of the army against Bani Amir of Kinda. and Al in Zu Markh valley and Murad and
Sa'ad in Manha valley on the way to Turban and killed and captured and took the booty in
large quantities and the King and fought at Halban and reached Ma'ad and took booty
and prisoners, and after that, conquered Omro bin al-Munzir. (Abraha) appointed the son
(of Omro) as the ruler and returned from Hal Ban (halban) with the power of the Almighty
in the month of Zu A'allan in the year sixty-two and six hundred."

"Dengan kekuatan dari Yang Maha Kuasa dan Mesias-Nya, Raja Abrahah Zeebman,
Raja Saba'a, Zuridan, dan Hadrmaut dan Yaman dan suku-suku (di) pegunungan dan
pantai menulis baris-baris prasasti ini pada pertempuran melawan suku Ma 'ad (dalam)
pertempuran al-Rabiya pada bulan "Dhu al Thabithan" dan berjuang semua Bani A'amir
dan mengangkat Raja Abi Jabar dengan Kinda dan Al bin, Bishar Hasan dengan Sa'ad,
Murad, dan Hadarmaut di depan tentara melawan Bani Amir Agak dan Al di lembah Zu
Markh dan Murad. dan Sa'ad di lembah Manha dalam perjalanan ke Turban dan
membunuh dan menangkap dan mengambil jarahan dalam jumlah besar dan Raja dan
bertempur di Halban dan mencapai Ma'ad dan mengambil jarahan dan narapidana, dan
setelah itu, menaklukkan Omro bin al-Munzir. (Abrahah) mengangkat anak (dari Omro)
sebagai penguasa dan kembali dari Hal Ban (halban) dengan kekuatan Mahakuasa dalam
bulan Zu A'allan di tahun enam puluh dua dan enam ratus. Pent - (penanggalan mereka) "

Saya kutip dari :
http://free-minds.org/forum/index.php?topic=9389.0;wap2

Tambahan pendalaman tentang Tahun Gajah dan Surah 105
http://www.free-minds.org/petra

Kita semua melihat dengan jelas bahwa ekspedisi Abraha ini dijelaskan Secara rinci dan bertentangan dengan dongeng yang kita dengar dari Ibnu Ishaq dan para tradisionalis. Sama sekali tidak ada penyebutan apapun yang berhubungan dengan Ka'bah atau Mekah. Prasasti itu tidak menyebutkan gajah. Mengingat fakta bahwa membawa gajah ke padang gurun adalah sangat tidak praktis, yang berarti harus membawa banyak cadangan air di tubuhnya. Jadi jelas Abrahah tidak menunggang gajah. Seperti yang kita lihat bahwa kisah Raja Abrahah adalah kisah kegemilangan, yang berarti kisah kekalahan bagi bangsa Arab. Namun sebaliknya cerita desas-desus dari orang-orang seperti Ibnu Ishaq diisi dengan rincian menakjubkan, ketegangan, dan drama kemenangan bagi Arab. Mereka menangkap imajinasi orang dengan detail yang luar biasa dari karakter seorang pria tua lemah (tokoh fiktif - Abdul Muthalib) yang berdiri di tengah-tengah barisan Tentara Abrahah. Cerita-cerita fiksi ini memiliki detil menakjubkan tentang gajah dan kutukan pada tentara raja Abrahah sehingga mereka jatuh dll. Cerita desas-desus yang dikarang kaum Arab 200 tahun setelah kejadian faktualnya memang memiliki nilai hiburan yang sangat tinggi dan menarik massa seperti halnya film-film Hollywood, namun sama sekali tidak memiliki nilai bagi mereka yang tertarik pada kebenaran sejarah.

Sebagai catatan tambahan, tanggal prasasti itu ketika dikonversi setara dengan tahun 552 M. Menurut kisah tradisi muslim, yaitu Sirat Nabi, Muhammad lahir pada tahun 570 M bertepatan dengan ekspedisi Raja Abrahah. Berarti ada rentang 20 tahun ketidak-sesuaian antara fakta sejarah dengan Tradisi Islam. Fakta ini tentu saja menciptakan masalah besar bagi para tradisionalis. Sekarang mereka harus merevisi seluruh Sirat / kisah nabi, atau mereka harus membuang semua Hadis mereka untuk satu alasan logis yang sederhana, yaitu semua angka penanggalan harus dikurangi 20 tahun agar sesuai dengan fakta sejarah.

Tambahan pendalaman tentang Tahun Gajah dan Surah 105:
http://www.free-minds.org/petra

Untuk menegaskan legitimasi mereka, Bani Hasyim, yang darinya akan menjadi Dinasti Abbasiyah, mulai mempromosikan kemenangan kaum Arab yang dipimpin oleh Abdul Muthalib melawan Abraha ... Dinasti Abbasiyah secara resmi mendasarkan klaim leluhur mereka dari keturunan Abbas bin Abd al-Muththalib. Klaim ini saja sudah merupakan indikasi yang jelas mengapa mereka cenderung mempromosikan cerita kemenangan seperti ini.
 Sebuah catatan yang sangat membingungkan dalam penaklukan Muslim awal adalah bahwa pertempuran Qadisiyyah. Ini adalah pertempuran kaum Muslimin melawan Sassanid / Pehlavi kekuatan di 636 M. Gajah-gajah yang ditunggangi tentara Persia membuat kavaleri Arab ketakutan, dan berhasil menciptakan kebingungan massa di antara pejuang Arab selama dua hari berturut-turut. Pada hari ketiga pertempuran, tentara Muslim berhasil menakutnakuti gajah Persia melalui berbagai trik improvisasi. Ketika seorang prajurit Arab berhasil membunuh gajah pemimpin, sisanya melarikan diri dan menginjak-injak tentara musuh. Orang-orang Arab terus maju melancarkan serangan pada malam hari. (...) Mengapa tampaknya tentara Arab ketakutan dalam pertempuran itu, bukankah peperangan melawan gajah, konon, bukan pertama kali bagi bangsa Arab? (...) Membayangkan gajah-gajah digunakan dalam peperangan, apalagi mereka harus memakan berton-ton daun setelah berjalan setiap mil-nya, selanjutnya, mereka harus tinggal di tempat teduh atau di kolam air, dan bahkan menuangkan lumpur pada dirinya sendiri untuk tetap tenang, maka padang pasir yang panas terik hampir tidak mungkin untuk menggunakan gajah. Bahkan gajah-gajah gurun Afrika akan cenderung menolak berjalan di tempat semacam itu. Jika Abraha menggunakan gajah dalam ekspedisinya, bisakah mereka bertahan dalam kondisi cuaca yang keras di gurun Arab? Sederhananya, dengan membawa gajah membuat jalan mereka dari Yaman ke Mekah akan menjadi perjuangan yang berat mengingat kondisi alam yang keras, lagi pula dengan tidak adanya menyinggung adanya gajah pada prasasti tersebut menjadi indikator penting bahwa tidak ada gajah yang digunakan.   Selain itu, ekspedisi oleh Abrahah berakhir dengan kemenangan dan ia kembali ke ibukotanya sesuai dengan prasasti. Ini hampir dua dekade sebelum tahun yang di duga sebagai “Tahun Gajah”. Tidak ada penyebutan tentang ekspedisi kedua dalam kisah sejarah mereka, yang berarti dia harus bertempur dan mengalahkan setiap suku Arab yang ia lewati dalam ekspedisinya.
 Selanjutnya, disimpulkan bahwa jika memang orang-orang Mekkah bererperang Abraha di Mekah, mereka dapat diyakini menderita kekalahan dari Abraha. Prasasti di atas adalah bukti tak terbantahkan yang akan membuat tulang punggung para tradisionalis menggigil kedinginan. Lebih jauh lagi, Surah 105 berbicara tentang "Orang-orang Gajah" dan tentu saja bukan tentara Abraha.

Saya tambahkan di bawah ini satu kutipan lagi (dengan editing untuk menyingkat
bacaan kita).
http://www.answering-islam.org/Responses/Saifullah/rahman_av.htm

Sebuah masalah yang jauh lebih besar bagi tradisi Islam adalah penanggalan Sabean pada prasasti ini adalah 552 M. Menurut catatan para sejarawan, Raja Abraha meninggal pada tahun 553 M atau segera sesudahnya - tetapi, menurut Muslim, Muhammad lahir tahun 570 M. Jadi, jika kita masih ingin tetap mempercayai Tradisi Islam tentang Abraha, maka kita harus mendorong kembali kelahiran Muhammad 15, 16 atau bahkan 18 tahun dari tahun yang selama ini dipercaya benar oleh Tradisi Islam. Hal ini memiliki konsekuensi yang sangat besar untuk sebagian besar sejarah Islam awal. Jika Muhammad lahir 18 tahun sebelumnya, kapan Muhammad mulai menerima wahyu? Kapan Hijrah terjadi? Kapan Muhammad mati? Kapan berbagai pertempuran terjadi, dan kapan pemerintahan pertama empat khalifah? Hal ini berpotensi mengacaukan segala sesuatu yang Muslim percaya tentang sejarah awal mereka. Selain itu, fakta ini menghasilkan keraguan yang serius atas banyak kisah dari Tradisi Islam. Akurasi dari apa yang mereka sebut Hadis "Sahih" tidak dapat dipercaya lagi sebab "rantai transmisi" itu mungkin telah rusak - peristiwa yang paling penting dalam kehidupan Muhammad telah harus didorong kembali 18 tahun dari penanggalan sebelumnya dan ada jurang kesenjangan untuk membuka tabir rantai transmisi antara Muhammad dengan jaman dimana pengumpul hadis seperti Bukhari, Muslim, dan kolektor lainnya hidup. (…..) Muhammad ibn al-Sa'ib (meninggal 726 M) mengatakan bahwa Muhammad lahir 15 tahun sebelum "Tahun Gajah". Ja'far bin Abi 'l-Mughira (meninggal awal abad Masehi 8) memperkirakan Muhammad lahir 10 tahun setelah "Tahun Gajah", sedangkan Al-Kalbi mengatakan kepada kita bahwa Shu'ayb ibn Ishaq (meninggal 805 M) mengatakan bahwa Muhammad lahir 23 tahun setelah kejadian ini. Al-Zuhri (meninggal 742 M) percaya bahwa Muhammad lahir 30 tahun setelah "Tahun Gajah", sementara Musa bin 'Uqba (meninggal 758) percaya bahwa Muhammad lahir 70 tahun kemudian ! Jika kita mengasumsikan bahwa Tahun Gajah adalah 570 M, maka Muhammad bisa saja lahir kapan saja antara 555 M sampai dengan 640 M, dan bisa mati kapan saja antara 615 M dan 700 M! Bagaimana kita bisa percaya salah satu dari hadist? Para penerima transmisi kisah itu / Isnad, seperti yang dikutip oleh hadist, tidak mungkin hidup sejaman dengan Muhammad, untuk menyaksikan benar tidaknya peristiwa yang konon mereka terima dari orang lain. Masalah penanggalan tahun lahir Muhammad merupakan masalah yang tidak hanya mempengaruhi tradisi hadis, tetapi juga mempengaruhi validitas seluruh sejarah koleksi Quran dan kompilasinya.


Untuk itu jika Tahun Gajah tertanggal 552 M, maka seluruh catatan dalam Tradisi
Islam tentang Muhammad (570 – 632 M) hancur luruh berantakan. Semua Hadits

dan Sirah Nabi, seluruh rantai transmisi lisan akan tergelincir dan usang.
PENGANTAR DARI PENERJEMAH

MUHAMMAD :
MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?


Topik bahasan ini akan berfokus pada analisa figur Muhammad dari sisi sejarah yang melingkupi keberadaannya, dengan menyandingkan Tradisi Islam, yang didasarkan pada transmisi kisah dari generasi ke generasi berikutnya dimulai dari Sirah Nabi karya ibnu Hisyam, versus metoda keilmuan Barat, yang mendekatinya lewat penggalian sumber-sumber sejarah yang ada untuk menemukan valid atau tidaknya Klaim Tradisi Islam.

Bahasan kita akan dimulai dari peristiwa kelahiran Muhammad sendiri, yang menurut Tradisi Islam terjadi pada saat percobaan penyerangan kota Mekkah oleh Raja Abraha dengan pasukannya yang menunggang gajah. Benarkah kejadiannya sejarahnya seperti demikian? Atau kisah kelahirannya hanya mitos dan legenda belaka ? Ini akan dibahas di bab 1.

Setelah itu kita akan beralih pada keberadaan kota Mekkah sendiri, yang menurut klaim Tradisi Islam sebagai kota perdagangan, bahkan induk peradaban dunia. Apakah Mekkah dan Kaabah memang telah ada semenjak sebelum kelahiran Islam ? Apakah yang ada di balik ritual haji ? Jika Mekkah sebenarbenarnya bukan Mekkah di Hijaz Arab, dimanakah kemungkinan “Mekkah” yang sebenarnya? Ini akan dibahas di bab 2 & 3.

Menyoal kelahiran Muhammad, dan kota Mekkah, kita akan membahas benar tidaknya keberadaan suku Quraisy yang menurut Tradisi Islam, adalah suku yang berkuasa di Mekkah dan diserahi tanggung jawab untuk mengurusi Kaabah. Beberapa topik besar ini akan dibahas di bab 4.

Kemudian di bab 5 kita akan mencari kemungkinan penggambaran tempat yang dideskripsikan sebagai Mekkah yang sebenarnya, yang diduga bukan terletak di provinsi Hijaz di Arab pusat sekarang. Juga kita akan mencari kemungkinan dimana tempat seseorang yang nantinya akan dikenal sebagai Muhammad, Nabi dari Arab ini. Yang tentunya, menurut analisa historis yang tajam, bukan barasal dari Mekkah.

Di Bab 6 kita akan membuka tirai-tirai yang menyelimuti sosok Muhammad siapakah kira-kira model-model yang dijadikan penggambaran sosok Muhammad dalam Tradisi Islam, jika memang Muhammad historis, seperti yang dikisahkan dalam Tradisi Islam tidak benar-benar ada, dan hanya berupa kisah buatan belaka yang dikarang 200 tahun setelah pergerakan Arab di Jazirah Arab, demi untuk menutupi lubang besar kesejarahan keberadaannya .

Pada Bab 7 kita akan mendalami arti dan signifikansi kata Muhammad itu sendiri pada awalnya, jauh sebelum dibentuk oleh Tradisi Islam di jaman Dinasti Abassid. Menyadari betapa jarangnya kata Muhammad tertulis dalam Alquran, membuat para ulama di abad 8 berlomba-lomba mengumpulkan kisah-kisah kabar burung tentang Nabi ini. Benarkah Muhammad adalah Sang Penghibur yang dijanjikan dalam Injil Yohanes? Kita akan melihat pembahasan tersebut di bab ini.

Dan terakhir pada bab 8 kita akan menguak rahasia Prasasti di Kubah Batu, benarkah prasasti ini dibuat di jaman Abdul Malik atau jaman sesudahnya? Dan tentu saja terakhir berakhir pada kesimpulan. Semoga artikel-artikel ini dapat menjadi pemikiran-pemikiran bernas dalam khazanah berpikir anak-anak bangsa kita.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Prakata Dari Penerjemah
Daftar Isi
Pengantar Dari Penerjemah : Muhammad Mitos atau Fakta Sejarah?
Bab 1. Tahun Gajah
Bab 2. Kapan dan Mekkah Ada?
Kaabah
Membongkar Kesucian Ritual Haji
Bab 3. Dimana Kiranya “Mekkah” Sebenarnya?
Maqam Ibrahim
Al Rukn
Abel Beth Maacah
Bab 4. Siapakah Suku Quraish?
Bab 5. Dimanakah Muhammad Pernah Hidup Jika Bukan di Mekkah?
Mengapa Mekkah?
Bab 6. Siapa dan Kapan Muhammad Pernah Hidup?
Siapa Yang Menciptakan Quran?
Bab 7. Mempertimbangkan MHMD(t) : Sebuah Nama Pribadi atau Gelar?
Bab 8. Mempertimbangkan MHMD(t) : Prasasti di Kubah Batu
Penanggalan Hijriah
Kesimpulan

PRAKATA DARI PENERJEMAH

PRAKATA DARI PENERJEMAH


Terus terang saya tidak suka website Faith Freedom Indonesia, sebab sekalipun ada banyak informasi yang baik tersedia di sana, namun isinya kebanyakan diselingi cacian dan ejekan. Mungkin memang bangsa ini senang dengan gaya-gaya seperti itu, saya tidak tahu. Namun suatu saat seseorang di FB memperlihatkan gambar koin Arab yang bertuliskan MHMT dan bergambar Yesus yang memegang salib. Tentu saja ini menarik minat saya. Maka saya langsung menelusuri dan mencari tahu tentang koin-koin Arab itu lebih lanjut. Saya berselancar di dunia maya dan akhirnya mata saya tertambat pada situs Faith Freedom International Forum dan menemukan informasi yang sangat penting, mendidik, dan tentu akademis, tentang kajian historisitas Nabi Muhammad dengan judul MUHAMMAD – MYTH VS REALITY yang diposting oleh seorang member dengan nickname “The Cat”. Setelah saya membaca, saya bertekad untuk menerjemahkannya untuk para pembaca, demi suatu pembelajaran yang baik tentang sejarah agama Islam yang di-dasarkan atas penelusuran rekam jejak yang kredibel serta bukti-bukti yang valid.

Satu hal yang seyogyanya para pembaca ketahui bahwa tujuan saya menerje mahkan ini bukan dimotivasi oleh misi Kristen, dan memang Penerjemah tidak berafiliasi pada agama manapun. Begitu mudah orang Islam menuduh semua kritikan yang dilontarkan padanya selalu dibalas dengan asumsi “ah itu kan konspirasi Kristen, Barat dan Yahudi.” Dan saya rasa sudah seharusnya kita membuang jauh-jauh prasangka bodoh semacam itu. Untuk diketahui bahwa sang penggagas thread itu sendiri, The Cat, justru lebih banyak mengutip artikel-artikel dari para penulis cendikiawan Islam sendiri, yaitu di www. free-minds.org. Di situs tersebut anda bisa membaca sendiri pemikiran-pemikiran para kritikus Islam dari dalam tubuh Islam sendiri. Motivasi saya menerjemahkan semua ini agar semakin banyak informasi mendidik yang didasarkan pada riset-riset analisis historis dan analisa akademis lainnya. Sudah saatnya masyarakat kita mulai berpikir rasional dan melihat bahwa klaim-klaim kebenaran agama akan supremasi ajaran dan tradisinya, melulu hanya pembenaran sepihak dan tidak berdasar, baik secara sejarah maupun akal sehat.

Selama ini wacana berpikir umat suatu agama ketika menatap agama lainnya selalu disertai dengan paradigma claim of truth; bahwa agama saya yang benar dan agama yang lain tidak atau kurang benar, sudah dipalsukan, tidak menjamin masuk surga dsb. Hasrat untuk mempelajari agama lainpun dimotivasi untuk mencari ayat-ayat yang bisa meneguhkan supremasi tokoh agamanya sendiri. Lihatlah bagaimana Kristen merasa bahwa Yesus adalah mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama, sehingga orang Yahudi yang menolak kemesiasan Yesus akhirnya didiskriminasi dalam sejarah peradaban Eropa. Lihat pula bagaimana Islam mengklaim bahwa Muhammad telah diramalkan oleh Yesus dan Musa dengan mengklaim ayat-ayat tertentu dan menafsirkannya secara serampangan dan tendensius, sehingga mereka yang tidak percaya kenabian Muhammad dianggap pendusta kitabnya sendiri. Lebih parah lagi klaim-klaim bahwa Muhammad telah diramalkan dalam kitab-kitab Hindu sebagai Kalki,
avatar yang akan datang, dan sebagai Maitreya Buddha yang akan datang dsb. Saya rasa kebodohan semacama itu sudah seharusnya dihapus jauh-jauh dari cara berpikir anak-anak bangsa ini.

Bagi saya, agama adalah budaya yang disucikan begitu rupa oleh manusia yang tidak mau berpikir kritis dan hanya menekankan romantisme psikologi masa lalu. Agama adalah produk budaya manusia, dan semua kitab suci agama adalah karya manusia. Tidak ada tuhan yang berinisiatif menelurkan suatu agama tertentu dan menolak agama tertentu. Tidak ada suatu tuhan yang mencintai umat tertentu dan menolak umat lainnya karena tidak mempercayai ajaran-ajaran agama tertentu. Sederhananya, baik itu agama, kitab suci dan konsep tuhan adalah buatan manusia sebagai wujud dari kerinduan manusia untuk mencari makna hidup dan selaras dengan dirinya dan sesama.

Menjalani hidup yang bermakna dan bermartabat tidak melulu harus bersandar kepada satu agama dan kemudian memandang remeh agama-agama lainnya. Meyakini sesuatu ajaran adalah hak asasi, begitu pula dengan mengkritisi dan tidak meyakininya, sama-sama suatu hak. Ada kebebasan untuk meyakini (freedom to believe), ada juga kebebasan untuk tidak meyakini (freedom to disbelieve). Untuk meyakini dan tidak meyakini, justru perlu adanya bukti-bukti yang mendukung, baik secara material ataupun koginisi yang sehat. Hanya bermodalkan percaya saja, seperti yang agama-agama ajarkan saat ini, terbukti hanya menjadikan pemeluknya bersikap apatis, diskriminatif, fundamentalis, radikal, bahkan tidak aneh atas nama tuhan dan agama, kekerasan dan tindakan tidak manusiawi dihalalkan.

Sudah sangat mendesak bagi anak-anak bangsa ini untuk tidak memandang agama sebagai suatu hadiah yang diturunkan dari surga oleh suatu sosok penyelenggara ilahi yang masih diskriminatif, bias gender dan impulsive dengan kekerasan, suatu tuhan bersosok yang hanya pas dibayangkan oleh orang-orang primitif abad-abad lalu yang culas dan penuh prasangkan primordial dan ambisi-ambisi politik kejam.

Karena ini diambil dari forum, maka kadang ada bagian-bagian yang tampak meloncat-loncat sesuai dengan kondisi dan arus komunikasi para member di dalamnya. Untuk itu penerjemah mengambil inisiatif untuk menjembatani lompatan-lompatan topik yang tiba-tiba, dengan kata-kata dari penerjemah sendiri, tentu dalam porsi yang minimal. Termasuk ketika penerjemah berinisiatif memberi penghantar sebelum memasuki bab pertama dan merekonstruksi beberapa fragmen dan gambar agar bisa cocok dengan isu-isu yang dipaparkan.

Bagi anda yang tidak merasa senang dengan isi dari himpunan artikel ini, saya persilahkan untuk mengunjungi alamat web:
http://indonesian.faithfreedom.org/~faithfre/forum09/viewtopic.php?f=20&t=5518&
sid=5f02a85efa42508298495e02577315dd
dan langsung berdebat dengan ‘The Cat’ - sang penggagas thread-nya, dalam
bahasa Inggris tentunya.

Terima kasih.